Panen Perdana Padi Apung Varietas Siam Madu di Barito Kuala: Solusi Pertanian di Lahan Rawa
Barito Kuala, Jumat, 9 Agustus — Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Kalimantan Selatan (DPKP Kalsel) bekerja sama dengan Bank Indonesia (BI), BPTH, dan UPT Kementerian Pertanian seperti BSIP Lahan Rawa, serta BSIP Kalimantan Selatan melaksanakan panen padi apung Varietas Siam Madu di Desa Sampurna, Kecamatan Jejangkit, Kabupaten Barito Kuala (Batola). Panen ini dilakukan pada 100 styrofoam yang dikonversi dengan metode ubinan menghasilkan sekitar 7,95 ton padi.
Imam Subarkah, Pelaksana Harian Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kalsel, menyatakan bahwa program padi apung ini merupakan solusi untuk para petani di lahan rawa yang sering tenggelam. "Sekarang terbukti bahwa padi apung bisa dipanen. Kami berharap dengan adanya introduksi padi apung ini, saat lahan tergenang, kita dapat memanfaatkannya hingga dua kali panen," ujar Imam di Batola.
Program padi apung ini, lanjut Imam, sudah diterapkan di berbagai kabupaten seperti Hulu Sungai Utara (HSU), Hulu Sungai Selatan (HSS), dan Hulu Sungai Tengah (HST). Meskipun secara ekonomi belum sepenuhnya menguntungkan, program ini telah dilaporkan ke pemerintah pusat dan mendapatkan dukungan. "Kalimantan Selatan berada di urutan ke-12 dalam produksi pangan nasional. Kami berupaya meningkatkan produksi padi agar dapat membantu mengurangi impor beras yang masih mencapai kekurangan 3,5 hingga 4 juta ton setiap tahunnya," tambahnya.
Dalam diskusi yang berlangsung, Dr. Mawardi, SP. M.Sc., perwakilan dari BSIP Lahan Rawa, menyampaikan bahwa program ini memiliki keunggulan dalam menghadapi banjir, menjadikannya solusi penting bagi petani di daerah rawan banjir. Sementara itu, Direktur Bank Indonesia Wilayah Kalsel menyatakan bahwa program ini juga sejalan dengan upaya BI dalam mengendalikan inflasi, terutama harga beras.
Selain itu, Dr. Ir. Fakhrur Razie, M.Si., perwakilan Fakultas Pertanian ULM Banjarbaru, menegaskan bahwa padi apung ini mengembalikan padi ke habitat aslinya, yang membutuhkan banyak air namun bukan tanaman air. Selain dosen, mahasiswa dari Fakultas Pertanian ULM Banjarbaru juga turut berpartisipasi dalam mendukung program ini.
Acara panen padi apung ini juga dihadiri oleh aparat desa, kelompok tani, serta masyarakat sekitar yang turut memeriahkan kegiatan tersebut. Imam berharap, program-program inovatif seperti padi apung ini dapat memberikan dampak positif bagi kesejahteraan petani dan kemajuan sektor pertanian di Indonesia.